LPPM UNISBA – Desa Wisata merupakan salah satu alternative untuk menggerakan ekonomi wilayah, idealnya Desa Wisata dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan perekonomian khususnya di kawasan pedesaan. Namun, jika dikontekstualkan dengan desa wisata berbasis adat di kampung kuta. Keberadaan desa wisata belum berimplikasi terhadap perkembangan desa, hal ini terjadi karena adanya pengaruh internal salah satunya yaitu perbedaan persepsi antar pelaku usaha di desa wisata. Setelah diulas dan dikaji secara komprehensif, ditemukan fakta bahwa terjadi mis komunikasi antara pemerintah desa dan penggiat wisata kampung adat kuta.

Melalu hal tersebut, kang wendy selaku ketua pokdarwis yang memiliki pengalaman lebih dalam dunia desa wisata mencoba untuk memberikan pandangan dan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir konflik yang sedang terjadi. Beberapa pandangan kang wendy adalah:

1. Mencoba berdiskusi dengan pemerintah desa untuk menyamakan pandangan terkait dengan desa wisata;
2. memetakan potensi dan masalah yang ada pada desa wisata kampung adat kuta;
3. Memiliki mindset bahwa desa wisata merupakan asset desa yang tidak dapat diperjual belikan dan pelaku yang terlibat dalam pengembangan desa wisata harus berasal dari masyarakat lokal; dan
4. melakukan pengembangan desa wisata melalui strategy bisnis model canvas untuk memperjelas arah dan tujuan pengembangan desa wisata.

Disisi lain, terdapat pandangan dari pihak pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata kabupaten ciamis yang menegaskan bahwa kampung adat kuta merupakan desa wisata dengan potensi alami, dan kelestarian adat dan budayanya harus tetap dijaga. Untuk itu, maka dalam proses pengembangan desa wisata di kampung adat kuta harus dilakukan secara hati hati dan tidak merusak kondisi lingkungan dan budaya yang ada.***